Senyum Pagi Bunga Pink Enceng Gondok
Langit kelabu bulan ketiga tahun ini, menyusur jalan lingkar selatan selepas pergi mengecas baterai hati yang mulai empty. Menuju tempat orang berkumpul untuk menjaja, pasar induk selalu menjadi tempat favorit ku mencari bahan pangan dengan kualitas baik dan harga yang bersahabat. Udara pagi kemarin cukup nyaman, deru jalan dan polusi tak terlalu berebut eksistensinya, dan tak seperti biasanya pagi itu tak terlalu ramai karena ini adalah hari-hari biasa di bulan puasa. Weekend pagi barangkali selalu menjadi pilihan terbaik untuk nyaman di rumah bagi sebagian orang apalagi diamini hujan deras malamnya.Meringkuk dan bermalas di atas ranjang menjadi kemewahan hidup yang terbeli oleh sebagian orang yang sedang tidak punya urgensi kesibukan.
Menyusur jalan dan mataku tertuju pada sebuah hamparan tanah yang terlihat seperti area persawahan yang terbengkalai, cantik mengembang senyum dari bunga-bunga berwarna pink yang tumbuh dari tanaman enceng gondok yang merambat dan mengapung. Siluet bayangan dari pohon tumbang diantara genangan air menambah eksotis memanjakan mata jika dilihat dari sisi indahnya memberi ketenangan hati yang mampu menepi dan merenung. Tetapi akibat ulah dari sekumpulan orang yang tidak bertanggung jawab pada lingkungan menciderai potret apik yang ditangkap oleh lensa dari kamera terbaik yang pernah diciptakan Tuhan. Ya bungkusan sampah dan sampah-sampah tumpah ruah ikut mengapung dan bertebaran di antaranya. Terlihat seperti upaya menyakiti bumi serta membalas tuba pada semesta. Dari hal baik yang telah ditumbuhkannya, manusia justru membuang sampah sembarangan sebagai balasnya. Sementara di sisi tepinya tampak seorang bapak sedang mencoba peruntungannya melempar pancingnya mencari ikan, dan benar daerah itu sepertinya memang sempat tenar sebagai tempat orang-orang yang memiliki hobi memancing berkumpul menghabiskan waktu mengisi kehidupan dengan eforia harapan atas sebuah usaha kesabaran menunggu. "Perkenalkan aku adalah Pemancingan Uwit Rubuh" berada di desa Sokowaten, kelurahan Tamanan, Kecamatan Sewon, kabupaten Bantul Yogyakarta.
Sebuah tanya dalam hati sembari mengagumi hamparan bunga pink enceng gondok sekaligus menyayangkan. Kenapa semesta menumbuhkan keindahan di antara bumi yang sedang disakiti? Sebuah pesan moral yang mendalam dan kritik sosial tentang kepedulian lingkungan hidup selalu menjadi topik usang yang tak pernah habis untuk dibahas pada jiwa yang terbuka untuk terus mencintai kehidupan. Sawah serupa kehidupan, darinya ditumbuhkannya segala vegetasi yang baik dan menghidupi, tetapi sampah adalah hal buruk yang dibawa manusia, dimana banyak orang begitu malas mengolah dan membuangnya sembarangan demi ego praktis semata. Tetapi semesta akan selalu baik menumbuhkan semua yang baik untuk menarik hati siapapun yang melintas meski sekedar singgah dan mengagumi dan barangkali tergerak hati. Alam mengajarkan mendalam, bahwa dari kehidupan yang rusak, bau, porak poranda, tak dipedulikan, terlupakan masih bisa tumbuh semua keindahan yang digariskan untuk tetap tumbuh. Meski sampah organik terkadang juga bisa menjadi pupuk terbaik vegetasi tetapi tanpa pengolahan sampah-sampah (hal-hal buruk) ia memuramkan dan lama kelamaan akan mengaburkan keindahan yang telah diciptakan. Satu kata, bertanggung jawablah dengan sampahmu! karena merawat bumi adalah bentuk cinta terbaik untuk semesta, sekaligus ucapan syukur kepada penciptanya 🌷
Comments
Post a Comment
thanks,