Museum Sandi
begitulah quote yang terpahat di sebuah batu di Museum Sandi Yogyakarta sebagai welcome greeting kepada pengunjung museum. Dalam museum yang dikelola di bawah Badan Siber dan Sandi Negara ini menyimpan beberapa koleksi tentang lahirnya sejarah persandian di Indonesia yg diusung oleh dr. Roebiono Kertopati. Beliau adalah dokter kesehatan, dokter militer, sekaligus dikenal sbg Bapak Persandian RI. Seorang Ambidextrous (mampu menulis dg 2 tangan) yang tak mengenyam pendidikan formal persandian (kriptografi) dr. Roebiono mendapat tugas dari Amir Syarifudin (mentri pertahanan RI 1946) untuk memimpin Dinas Code hingga terciptalah Buku Kode C sebagai awal sejarah persandian di Indonesia. Selain menceritakan sejarah persandian Indonesia, Museum Sandi juga menyimpan koleksi beberapa mesin sandi yang di gunakan di berbagai negara, cerita tentang situs rumah sandi Dukuh, Purwoharjo, Samigaluh Kulonprogo (kantor sandi darurat masa Agresi Militer Belanda II) yang dipindahkan dari gedung Kemenlu (sekarang gedung Museum Sandi) yang terletak berdekatan dengan gedung kementrian pertahanan (sekarang gedung McD jln Jend. Sudirman). Pemandangan indah jalanan kota dan Gunung Merapipun disuguhkan apik dari beranda lantai 2 di gedung peninggalan jaman kolonial Belanda Museum Sandi. Meski tak terlalu banyak koleksi, Museum Sandi sarat akan nilai sejarah dan edukasi di dalamnya. Dikisahkan tentang sejarah sandi dunia, dimana sandi pertama kali digunakan oleh kekaisaran Romawi (Julius Caesar) melalui sandi geser (dicetak pada sepotong kertas kecil sebagai cenderamata pengunjung Museum Sandi). Dan sebegitu peliknya sebuah sandi dalam sejarahnya di dunia juga dikisahkan pada patung budak sandi jaman kaisar Persia Histiaeus yang dipajang di museum. Seorang budak rambutnya akan digundul untuk ditato sebuah pesan dan budak tersebut dikirim lagi setelah rambut kepalanya sudah tumbuh. Adapun penerima pesan akan memangkas rambut budak tersebut untuk dapat membaca pesannya. Menarik menceritakan dan menemukan travel puzzle tentang sejarah! sampai jumpa di situs sejarah lainnya dari diaryku. 
Comments
Post a Comment
thanks,