Lebih indah dari sebuah Teddy Bear

tapi kado adalah kado, sesuatu yang selalu membuat penasaran jika masih terbungkus...



(Foto: Buku Harian Laura)
Marie seorang perempuan sederhana yang tinggal di sebuah desa. Ia tinggal dengan Jane putrinya. Marie sudah menjadi seorang single parent sejak Jane masih belum sekolah. Dan Marie hanya seorang perempuan biasa, yang mengenyam bangku pendidikan hanya sampai tingkat sekolah dasar saja. Ia tidak seperti ibu-ibu yang lain pada umumnya, punya karir dan pekerjaan, sering pergi ke mall-mall atau pusat-pusat perbelanjaan di kota utuk berbelanja, atau datang ke acara arisan-arisan dengan ibu-ibu laen. Ia bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa dan melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari.
Suatu hari jane berulang tahun dan seperti biasanya setiap hari ulang tahun tak pernah ada kue tart, tak ada baju baru, apalagi sebuah pesta. Tapi syukurlah Jane masih punya sahabat yang selalu mengiriminya kartu ucapan selamat ulang tahun disetiap hari peringatan hari kelahirannya itu. Sedih sekali kadang bagi Jane, ia tak pernah memiliki sebuah pesta ulang tahun namun lebih sedih baginya ketika harus berulang tahun tanpa keluarga yang lengkap. Ia selalu melewati hari ulang tahunnya hanya dengan Marie ibunya.
Sudah lama Jane ingin punya sebuah boneka Teddy Bear berwana coklat muda yang besar tapi ia tak punya cukup uang untuk membelinya karena mereka hidup miskin. Maka dalam doanya Jane selalu meminta kepada Tuhan supaya ada seorang yang mau memberinya sebuah Teddy Bear itu saat ia berulang tahun, dan ia berharap orang itu adalah ayahnya. Hari itu Jane terus menunggu mukjizat itu ada, ia berharap sesorang datang atau tukang pos membawa sebuah bungkusan besar berisi boneka itu. Tapi hingga malam tiba dan hari hampir berlalu tak seorangpun datang apalagi membawa sebuah kado impiannya itu. Teng…teng…dan waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tentu saja tak akan ada seorang teman apalagi ayahnya datang dengan membawa sebuah bungkusan berisi Teddy Bear itu dan tak mungkin juga ada seorang tukang pos yang mengantar bungusan selarut itu untuknya. Jane merasa sedih sekali, ia berpikir kalau Teddy Bear itu hanya sebuah boneka dalam impiannya saja. Dan ia merasa lebih sedih karena ternyata ayahnya tak lagi mengingat hari ulang tahunnya lagi setelah berpisah dengan ibunya puluhan tahun lalu. Entah di mana ayahnya itu dan bagaimana kabarnya Jane tak pernah benar-benar tahu.
Menunggu malam yang hampir habis, Jane hanya duduk terpaku di atas tempat tidunya. Perasaannya bercampur aduk perasaan sedih dan marah serta kecewa lengkap sudah. Tiba-tiba Marie, ibunya datang ia menyembunyikan sebuah bingkisan di balik punggungnya. Sambil becanda-canda ibunya membuat Jane penasaran apa yang dibawanya, namun akhirnya bungkusan kado berbentuk baju itu diberikan juga pada Jane. Meski yakin bukan sebuah Teddy Bear yang ada di dalam bungkusan itu, tapi kado adalah kado, sesuatu yang selalu membuat penasaran jika masih terbungkus. Jane membuka kadonya, dan didapatinya sebuah boneka biru yang sedikit kumal dari kain perca sisa dan tentunya tak secantik Teddy Bear dalam impian Jane. Tetapi boneka itu meski nampak seperti bekas (karena dari kain perca sisa), bentuknya sedikit tidak oke, dan kainnya usang dengan jaitan sederhana (hand made) tapi jika dipandang-pandang boneka itu lucu juga menurut Jane. Melihat Jane tersenyum hati Marie lega dan sambil menyelamati serta mencium Jane, Marie memeluk Jane dan tak terasa Jane menangis terharu karena ia sadar bahwa hadiah yang lebih berharga adalah ketulusan hati ibunya yang selalu berharap ia bahagia.
aku hidup sebagai pembuat mainan di kampung, kain ini sudah tak terpakai lagi, aku dapatkan dari salah satu tempat pembuangan perusahaan konveksi, tapi sayang jika dibuang percuma, aku mau membuatnya menjadi sesuatu yang bisa kujual, ya kubuat saja boneka, boneka yang lucu tentunya, semoga ada seseorang yang tertarik membeli bonekaku ini sehingga aku bisa dapatkan uang yang hanya berapa lembar uang seribuan saja untuk mebelikan anakku makanan hari ini. Boneka ini sekarang sudah jadi setelah aku menjahitnya beberapa waktu dengan tanganku, tak mungkin kutempeli label, ya tentu saja tak mungkin karena membuat label bukan hal mudah dan murah. kini boneka ini kubawa dan kujajakan ke warung-warung dengan plastik biasa seadanya sebagai pembungkusnya, aku menyimban banyak harapan atas boneka ini...(harapan si pembuat boneka)
Hadiah yang berharga dan lebih indah adalah hadiah yang diberikan dengan sebuah ketulusan hati tak peduli sesederhana apa dan sekecil apapun hal itu bisa dinilai dengan uang.
Mari kita belajar memberi dengan sebuah ketulusan hati :)

Comments

Popular Posts